السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Kita tak bisa memastikan kapan akan Mati - Yang pasti bahwa semua akan Mati "Orang paling pandai orang yang paling ingat akan masalah kematian (Sabda Rasulullah saw.)"

Penulis Jalanan



Ratapan penulis jalanan
Mungkin yang dikenal selama ini hanya istilah kenyataan anak jalanan, pengamen jalanan sangat dekat dengan kenyataan yang disaksikan menjadi pemandangan publik ketika distasiun, ketika pengamen dirasakan mengusik saat mereka mendatangi rumah – rumah megah, atau rumah sederhana, bahkan rumah kaum miskin dikota – kota padat sumpek pesakitan, kesengsaraan, papah, kemelaratan, tunggang langgang, pokoknya semua yang sengsara ada pada manusia dijalan yang tidak punya rumah hanya hidup dijalan tak tau entah sampai kapan. Tapi saya sedang mengajak anda untuk berfikir mengenal penulis jalanan. Ada yang berfikir penulis jalanan yang saya maksud menulis samblil jalan?? Hahaha kaya sales gitu nulis sambil berdiri terus menjajaki jualannya pada konsumen sambil merayu mendayu – dayu gitu? Kalau ada yang berfikir searah dengan pertanyaan seperti diatas jawabannya mungkin anda benar bisa saja sales yang anda maksud hahaha, karena tidak mungkin saya menulis sambil jalan saya nggak mampu, maksudnya bukan menulis sambil jalan tapi saya menulis tidak di kota tertentu namun setiap saya mendatangi tempat, dikota – kota atau didesa pedalaman saya merenungi setelah melihat situasi sosial selalu mengangkatnya lewat tulisan, ketika saya nginap ditempat orang seperti saudara, kawan baru, kawan lama, atau mungkin dikantor – kantor orang yang mengenal saya selalu menuliskan curhat, mengeksplor, memberitahu, bercerita, mengabari, kejadian, mengemukakan pendapat atau mungkin saya menghakimi ketidak wajaran yang saya lihat dengan kepala mata saya menimpa masyarakat dikota - kota, disamping jalan protokol, disekeliling pusat parawisata kota akibat kebijakan penguasa yang menimpa manusia yang merasa dan mengluhkan dirinya termarjinalkan, lewat tulisan – tulisan saya. Lalu mungkin ada yang bertanya, darimana saya dapat uang untuk mencukupi kehidupan dijalan – jalan, saya memang selalu berpindah – pindah dari kota - ke kota, saya bekerja beberapa hari diwaktu luang saya menulis dirumah – rumah yang saya singgahi, meminjam laptop mahasiwa, atau meminjam laptop kantor diperusahaan yang memberikan saya pekerjaan, laptop temannya teman lama saya, saudaranya kawan lama saya yang mendukung tulisan saya kemudian menyarankan saya untuk meminjam laptop sepupunya, atau keponkannya kawan yang telah lama menjalin hubungan layaknya saudara kakak beradik sekandung mendukung dan searah dengan cara pandang saya, menulis adalah pekerjaan yang tidak mendapatkan apa – apa kecuali membuat orang lain membaca tulisan kita menjadi senang, jika orang bekerja maka akan mendapat bayaran, namun saya menulis menjadi hoby dan kesenangan, setelah menulis kadang saya menyimpannya difolder catatan pribadi, dan tak banyak juga saya memuatnya diblog saya ini, setelah menulis yang perlu saya bagikan kepada publik harus mengeluarkan uang untuk membayar jasa warung internet agar terhubung ke blog, terpaksa uang yang saya dapatkan dari kerja saya bagi untuk pembaca saya.
Jika ditanya bagaimana nasib saya sebagai penulis? Yang jelas happy tapi jujur banyak kelaparan yang saya rasakan sebagai penulis jalanan, karena tidak dibayar disaat saya tidak memiliki uang dan tidak bekerja, juga tidak punya stok makanan untuk dimakan, karena tidak punya alasan untuk dibayar, tapi kebanyakan hati kecil penulis ingin seperti yang memiliki keahlian diakademik yang hanya mengisi seminar sesaat mendapatkan bayaran fantastic satu jam isi seminar, diklat dapat satu juta, tapi penulis jalanan ikhlas berbagi tulisan, jadi penulis jalanan memiliki sebentuk beban moral sebagai penulis, jadi jika menulis kemudian tentang kemelaratan mayarakat dan terus dibayar artinya menjual penderitaan rakyat dengan tulisan – tulisan.
Penulis jalanan harus jauh dari keluarga, orang seperti saya jika ditanya tidak memiliki tujuan apapun kepada diri sendiri, kecuali menggambarkan situasi social, ekonomi, politik menurut cara pembacaan yang dipengaruhi oleh fikiran dan bacaan penulis seperti saya. Kadang – kadang juga jenuh, tapi rasa ingin menulis itu, berawal dari kesenangan membantu sesama, dengan menulis maka membuka tabir yang tertutup karena tidak semua gejolak social dapat dibaca masyarakat social melalui situasi yang disaksikan, kadang masyarakat luas membutuhkan uraian dari sebagian orang yang jeli melihat gejolak yang mendasar, kadang tulis cerpen kirim ke Koran cetak tidak dimuat, tapi beberapa bulan kemudian isu kita dikemas dalam bentuk redaksi lain tapi makna sama dengan yang dituliskan si penulis tidak laku. Nasib penulis memang menyengsarakan tapi senang bisa berbagi.

Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono


Tidak ada komentar:

Baca juga topik dibawah ini:
Lihat kamus di Beranda!
DAFTAR EMAIL KAMU UNTUK BERLANGGANAN UPDATE Ujung Pena NS