Malam–malam kau keluarkan materi
santet yang telah kau pelajari, begitu rajin kau melayani nafsu setan, kotoran
pantat dicium bau terasa harum pengaruh saraf poti wollo, membuat yang tidak normal
jadi normal, membuat bahaya jampi – jampi jadi ancaman henti hembusan nafas
target, orang tidur tidak bangun lagi, menyisahkan bekas cekikan lebam merah
dileher mungkin organ lain, nyawa dipercepat copot dari raga oleh ulah manusia
binatang. Kau begitu canggih juga sadis mencuri informasi kau perintah khadammu
berhati lebih keji dari iblis yang teramat keji
***
Sunset, awan hitam berselaweran gelap gulita meninggalkan kesan khas sore itu, di SANUR BALI oleh NS |
Masih pagi tiba dirumah pembawa
kabar kematian ditengah kampong. Mengeluarkan tangan dari saku gamis yang tak
tahan dingin terpa angin pagi.
Tok – tok seret kesadaran mama
dari selimut, sejenak terhentak berdebar menebar dihati, menyelimuti, sembari
bertanya apa siapa
Guru yang telah alim sekali lagi
tok – tok. Wajah pucat nanar menaungi manusia pintu itu, teramat pagi.
Bala, duka, rengkok, leros, lirih
menetap di kampong kami ulah sang abdi poti wollo, pergilah ma ke rumah duka
itu, sadarkan dirimu bahwa hidup ini bisa ditentukan selain tuhan atas
kematianmu, saya, dia, mereka. Kita semua.
***
Ada khabar dari keponakan yang
sering membawa rokok kerumah duka, pagi tadi bapak tua itu bersua denganku
tentang sekolah, tentang sawah yang kering kerontong, tentang irigasi yang tak mengalir
air, tentang koruptor yang tidak diputuskan hukumannya, telah terputus hukuman
untuk korupto. Rokok masih sisa sedikit yang belum terhisap ditangannya.
***
Membangun rumah baru kau iri,
anak sekolah kau dengki, orang bahagia kau tak suka, orang hasil melimpah kau
tak terima, orang sejahtera kau benci
Kau adalah iri
Kau adalah dengki
Kau tak pernah merasa suka
Kau tak pernah merasa terima
Kau adalah kebencian
Semua kebaikan didunia tak kau
suka, kau menghambat kemajuan, kau kekecilan yang besar kepala.
***
Kau begitu menyakiti
Kau begitu menyengsarakan
Kau begitu sumber kebodohan
Kau merasuki jiwa yang tak
berdosa
Kau begitu menyesatkan
Kau begitu tolol
Kau begitu serakah
Kau begitu hitam hati
Kau begitu menjengkelkan
Kau begitu seperti setan
***
kau memang begitu.
Enyahlah kau dari perkembangan
manusia, enyahlah cukupkan semuanya kemungkaran angkara murka yang kau ciptakan
di desaku.
***
Lindungilah kami, dari manusia
seperti begitu allah.
***
Jogjkarta, 10 agustus 2015
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar