السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Kita tak bisa memastikan kapan akan Mati - Yang pasti bahwa semua akan Mati "Orang paling pandai orang yang paling ingat akan masalah kematian (Sabda Rasulullah saw.)"

Manggarai Barat Terjerat Lingkaran Setan Kemiskinan


Skema pembacaan peta kemiskinan dimanggarai barat
Manggarai barat merupakan kabupaten pemekeran tahun 2003 dari kabupaten manggarai yang penduduknya masih dibawa garis kemiskinan, dalam perjalanan beberapa tahun setelah pisahnya dari birokrasi manggarai, mabar mengalami tumpang tindih dalam kenyataan pembangunan pemerataan dalam perekonomian kerakyatan, dengan beberapa persoalan mulai dari perekonomian sampai kepada pembangunan dan pemerataan kesejahteraan dalam masyarakat. Mabar yang terdiri dari 5 kecamatan dan 331 desa. Memiliki penghasilan yang lumayan dari bercocok tanam sampai pada nelayan. 

Singkatnya basis penghasilan masyarakat mabar agraria. Mabar tidak dapat dipungkiri masih dalam jerat lingkaran setan kemiskinan, dan keterbelakangan dari akses pendidikan membuat masyarakat masih berada dibawa SDM yang sangat minim, yang walaupun akses pendidikan formal sudah terbangun disetiap kecamatan namun belum menjamin untuk masyarakat mendapatkan pendidikan yang merata, belum lagi pembiyaan pendidikan yang sangat mahal membuat masyarakat kurangnya mengenyam pendidikan karena tidak mampu untuk membiaya pendidikan, bagi masyarakat mabar biaya pendidikan SD/MI Rp.75.000/bln, SLTP/SMP Rp.600.000/thun, SMU/MA Rp. 1.200.000/tahun. Sangatlah susah untuk menjangkaunya. Nilai keungan mereka tidak seberapa dengan biaya pendidikan yang nilainya sangat tinggi, situasi perokonomian yang tidak berpihak pada masyarakat berdampak pada pengambilan keputusan yang singkat dari masyarkat mabar yaitu tertekan oleh keadaan yang serba dilematis, seperti lebih memilih untuk bekerja mengolah lahan atau menikah diusia dini.

Masyarakat mabar yang umumnya hidup dalam bingkai budaya. Yaitu budaya dari potensi penghasilan pertanian umumnya, dapat dilihat, bercocok tanam tidak didukung dengan SDM yang memadai, menikah diusia dini, bergantung pada warisan orang tua, membuat masyarakat tidak tersentuhnya dengan kesadaran perbaikan terhadap kondisi perekonimian yang menyedihkan itu. sudah 2 priode pergantian birokrasi namun belum ada dampak peningkatan kesejahteraan yang dirasakan masyarakat mabar, kenyataan ini sangat dirasakan oleh masyarakat yang hidup dipedesaan, masyarakat kecamatan lembor misalnya, yang basis penghasilannya dari pertanian padi, sangat susah untuk membangun perekonomian mereka, karena penghasilan dari padi yang mereka tanam mengalami penurunan, sedangkan setiap tahun biaya pengolahan produksi sawah terus meningkat, antara penghasilan dan biaya pengeluaran produksi padi tidak seimbang walhasil adalah kerugian yang dialami petani. Basis perekonomian masyarakat lembor umumnya dari padi dan merupakan pasokan beras untuk kebutuhan masyarakat 3 kabupaten diantaranya, kab. Mabar, mangarai, matim, khususnya dan umumnya masyrakat flores. Hal ini sebenarnya menjadi perhatian bersama untuk masyarakat NTT lebih lagi kepada penguasa/pemeririntah provinsi tersebut untuk mengambil tindakan alternative untuk meningkatkan penghasilan di 4 sektor diantara, basis pertanian, perkebunan, kelautan dan peternakan. lebih khusus sector pertanian, mengingat yang juga merupakan prosentasi pendapatan daerah yang cukup tinggi seharusnya kabupaten mengeluarkan perda tentang 4 basis potensi basis penghasilan rakyat, untuk melindung dan meningkatkan penghasilan di 4 sektor basis penghasilan masyarakat mabar tersebut dan betul-betul dijalankan untuk memberikan kesejahteraan yang merata pada perekonomian kerakyatan. Rakyat tidak butuh basa-basi dari penguasa karena seolah rakyat dijadikan umpan untuk demokrasi dari ikan-ikan yang haus akan kedudukan dibirokrasi daerah yang kaya akan SDA itu.

Apa lagi sich yang dikesalkan pemerintah terhadap rakyat?...penghasilan padi, perkebunan, pertambangan, kelautan, wisata, dan, objek wisata budaya itu semua dihasilkan dari tangan rakyat, tetapi seolah mereka tidak mendapatkan kesejahteraan dari asset kekayaan alam dan budaya mereka sendiri yang dikelolah oleh tangan mereka. Kejayaan penguasa bukan kejayaan semata atas prestasinya, akan tetapi karena kemelaratan, ratapan, dan rintihan rakyat dibawa rumah yang beratapkan ilalang dan berdindikan bambu, ironis suara rakyat terbalaskan oleh kesengaraan dan lilitan setan kemiskinan, jika harus memilih mereka pasti lebih memilih untuk tidak hidup dalam aturan penguasa yang dzalim dan penuh dengan politik kucing dalam karung. Harapan mereka adalah tindakan riil dari penguasa untuk mengeluarkan keadaan mereka dari lilitan rantai setan kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan, dengan tanpa basa-basi dari penguasa. Mereka bukanlah sejarah masa lalu yang habis untuk dibicarakan dan menjadi wahana kekayaan prodak pengetahuan para intelektual, namun masyarakat mabar kenyataan yang menyedihkan cobalah tengok masyarakat pedalaman yang tidak mendapat pendidikan dan betapa sedihnya mereka untuk mencari penghidupan yang layak selayaknya manusia yang mengimpikan hidup sejahtera. Mereka hidup dalam keprihatinan tetapi ketulusan mereka mengalahkan dunia yang begitu keras yang mereka alami, ia adalah kemiskinan dan keterbelakangan, mereka tidak pernah tahu apa itu ilmu pengetahuan tetapi riilnya mereka tidak pernah belajar dilembaga formal, seperti halnya para penguasa yang tahu banyak akan pengetahuan dan kebenaran, tapi mengapa penguasa seolah belajar untuk membodohi dan mengeksploitasi tenaga dan hak mereka. Dengan dalih semboyan yang serba romantisme terhadap rakyat, rakyat bukanlah permainan mereka tidak pernah bermain-main dengan penguasa karena mereka beranggapan penguasa terlalu serius dengan rakyat tapi nyatanya penguasa tidak pernah serius yang ada hanya guraun dan selalu bercanda.

Rakyat bukanlah teori yang habis dibicarakan akan tetapi rakyat adalah kenyataan yang memperihatinkan akibat ulah penguasa yang mengeksploitasi mereka. Yang dibutuhkan rakyat adalah alternative dari penguasa yang memegang kendali terhadap keadaan prihatin mereka hari ini dan untuk kedepannya…..bukan janji palsu dan tawaran manis yang bohong.
Seperti itu bunyinya suara hati rakyat jika mereka bersuara.

Berlanjut dilain waktu…ca wada tite one nai ca leleng tite one salang kudut sembeng le mori adak - nuk dite sanggen taung one wae taungs laur ata daat one leso taungs ata menes kudt langkes haeng wulang tite taung - ca mbaru kanang mbaru dite mbaru tembong mese mabar.

Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono

Tidak ada komentar:

Baca juga topik dibawah ini:
Lihat kamus di Beranda!
DAFTAR EMAIL KAMU UNTUK BERLANGGANAN UPDATE Ujung Pena NS