Bila sensor akal sehat tak berfungsi, maka orang tidak mampu mencerna kenyataan yang ada. Penderitaan dirasuk angan-angan, sentimental, dan penuh kecurigaan.
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Benarkah film Indonesia disamping
menawarkan mimpi, juga memvisualisasi
angan-angan? Barangkali lebih dari itu. Banyak kenyataan seperti yang
digambarkan film serba tidak masuk akal. Pegawai negeri golongan III mampu
membeli rumah seharga ratusan juta. Ini tidak masuk akal, tapi nyata.
Lalu pengusaha muda misalnya,
misalnya, entah bagaimana bisa memiliki banyak perusahaan dan membangun rumah
seharga 1 milyar. Tak percaya? Itulah kenyataan. Dan orang-orang dungu menjadi
tokoh-tokoh penting. Ini pun nyata, jadi tidak Cuma dalam lakon petruk jadi raja.
Bila anda dihadapkan pada
kenyataan semacam ini bertubi-tubi, bukan tidak mungkin anda pada akhirnya
mempengaruhi pola piker aneh tapi nyata. Maksudnya, anda terdesak untuk
menerima semua ini sebagai kebenaran, tanpa mempersoalkannya secara jernih dan
tuntas.
Begitu pula halnya anak-anak
muda, yang percaya bahwa merekalah manajer top, hanya dengan berdasi dan
berpakaian rapi, lalu mengobrol lalu mengobrol soal bisnis di restoran mewah.
Tampaknya kejanggalan dan kenyataan sudah berbaur tak karuan dalam pikiran
mereka. Yang kemudian mereka yakini Cuma ini: bahwa mereka manajer top.
Padahal, tidak top.
Menurut analisa psikologi,
kondisi itu berakar pada tidak bekerjanya sensor akal sehat. Dr. Brendan Mehar,
psikolog dari Harvard university, amerika serikat, mengatakan, di otak kita
terdapat sirkuit untuk mengenali kejanggalan. “sebelum kita bisa memastikan
apakah satu kenyataan masuk akal atau tidak, sensor di otak kita sudah lebih
dulu menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang salah, ”kata ilmu jiwa itu.
Sensor itu memang bisa mengalami
gangguan, hingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Akibatnya, berbagai
kejanggalan tidak lagi bisa di kenali. Gejalanya yang umum adalah angan-angan
kemegahan yang begitu merasuk dalam jiwa penderita.
Dulu, dalam keadaan tertentu,
angan-angan bisa berfungsi sebagai katup pengaman, untuk mengurangi depresi.
Namun, penelitian maher dan beberapa psikolog lain – dipublikasikan akhir juni
lalu – mengkritik teori ini. Mereka maju dengan teori baru yang meragukan
fungsi angan – angan sebagai katup pengaman. Menurut maher, tidak semua angan –
angan punya fungsi positif. Ada angan – angan yang sangat tidak masuk akal,
yang justru melahirkan keyakninan sesat.
Psikilog Loren Champman dari
University or Wisconsin menyimpulkan bahwa angan – angan yang menyesatkan itu
adalah tanda – tanda awal dari penyakit jiwa. “mereka yang mengidap
kecenderungan ini terbukti rentan terhadap gangguan mental,” katanya.
Kesimpulan ini diperoleh setelah ia meneliti 162 responden, selama 10 tahun.
Dari penelitian itu, diketahui bahwa hampir semua responden pada akhirnya kena
gangguan mental. Beberapa diantaranya mengaku melihat UFO (Unidentified Flying Object) jenis piring terbang.
Dalam bukunya delusional Belief’s, Brendan maher membeberkan
dasar – dasar teorinya tentang angan – angan yang menyesatkan itu. Selain
dipengaruhi kenyataan sekeliling yang tidak masuk akal, lumpuhnya sensor akal
sehat ini juga lantaran kelainan otak. Misalnya tumor otak, keracunan alcohol,
dan epilepsy, dalam sebuah statistic, maher mengemukakan, 4 dari 100 orang
terlihat jauh dalam angan – angan yang menyesatkan.
“Angan – angan adalah bagian dari
proses perenungan yang bertujuan memecahkan teka – teki kehidupan, “tulis
maher. Pada orang – orang normal, perenungan ini berakar pada pemikiran
dialektis, tempat angan – angan lebih merupakan imajinasi diperlukan untuk
proses abstraksi. Dari sini, lahirlah Reasoning,
pemikiran yang bisa dipertanggungjawabkan.
Tapi, pada orang – orang tertentu
perenungan itu dikusai pikiran yang bukan – bukan. Dari sini lahirlah produk
yang kacau atau pendapat yang tak jelas. Karena tidak bersandar pada disiplin
berfikir yang kuat, pendapat ini menjadi irasional. Tapi orang yang
bersangkutan beranggapan bahwa pendapatnya itu benar. Malah menuntut agar
dipercaya. Inilah keyakinan yang dan berbahaya.
Sejauh ini para peneliti sudah
menemukan sekitar 70 jenis perilaku yang berangkat dari angan – angan sesat,
yang diyakini sebagai kebenaran itu. Perilaku semacam ini akhirnya bermuara
pada kelainan jiwa. Pada tahap ini, penderita dikusai oleh sentiment yang
berlebihan. Dia juga haus akan perhatian istimewa atau rasa cinta dari orang –
orang berpengaruh dalam hidupnya. Misalnya guru, pengajar di perguruan tinggi,
atasan di kantor, sampai bintang film atau tokoh – tokoh terkenal lainnya.
Penderita juga cenderung berfikir
rumit, yang kemudian meningkat pada kecurigaan yang akut. Misalnya, ia
berkesimpulan bahwa ada rencana penghianatan dan niat jelek, melulu karena
menemukan bukti yang sebenarnya sangat lemah. Disamping itu, angan – angan
terhadap hal – hal megah, mewah, , serba besar, dan serba pahlawan masih terus
menguasai jiwanya.
Dr. Hugh Hendrie, psikiater dari Indiana University School of Medicine, khusus
mengamati bagaimana angan – angan itu berubah jadi keyakinan, lalu gangguan
mental. “pada stadium tertentu, suatu angan – angan dengan kuat mempengaruhi
emosi penderitanya, “kata ahli jiwa itu. Kondisi ini membuat si penderita
terserap ke dunia angan – angan, dan terisolasi di sana. Namun, berbagai
manifestasi dunia angan - angan ini, menurut Hendrie, tak segera bisa
terdeteksi. Padahal, bila pada stadium awal penderitanya bisa disadarkan,
gangguan mental mungkin bisa dihindari. “kelainan jiwa mulai Nampak bila
pikiran penderita tersesat semakin jauh, “kata Hendrie.
Penderita biasanya lalu terpaku
pada satu pokok persoalan,dan secara ekstrim menganggapnya sebagai masalah yang
sangat penting. Misalnya merasa punya misi, hanya karena mendapat bisikan dari
makhluk ruang angkasa. Pelbagai tindakannya mulai aneh, dan pada stadium ini sudah
bisa di diagnose apakah mengidap skizofrenia, paranoia, atau maniak –
drepresif.
Tempo, 29 juli 1989.
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar