Simak sajak Gus Anton Daryanto Bendet sastrawan, lakon panggung, malang melintang di dunia sastra tulisan puisi, sajak, dan opininya banyak muat di media - media cetak juga online.
dalam layar bayang-bayang
wayang bergentanyangan
suruh kiri kekiri
suruh kanan kekanan
maju mundur
mundur mundur, mundur tak bisa maju
bahkan jempalitan dalam akrobat
itulah wayang diantara para wayang
wayang dalam gamang
memandang sebuah padang
padang gurun dan jilatan api
perang tanpa pedang
sebab semuanya sudah digayang
sudah bukan kurawa dan pandawa
baju wayang sudah sama semua
dari kaki sampai hidung sudah sebentuk semua
kain jarikpun sudah kotak-kotak semua
tak ada yang polos maupun yang berwarna kuat.
Semua sudah dalam kotak hitam dan putih
Putih ada hitam dan hitam ada putih
Dalang sangatlah santai menghisap rokok
Dengan asap-asap yang sengaja dikepulkan
untuk memedihkan mata para penonton
Dalang tinggal menunggu pesanan ceritera dari para penanggap
tinggal tergantung bayaran untuk menggembirakan keinginan penanggap
mau lakon sedih, haru, dagelan atau pembantaian, semua tergantung order
Dalang-dalang orderan sudah paham akan kemauan para Bandar.
Wayang tak bisa menantang
sekali menantang ditendang
masuk kotak dan menjadi perkakas
barang bekas yang lupa dicat dan di rias
Republik para wayang dengan dalang berbagai jenis
jenis kaldu ayam sampai sop buntut
yang tentunya mengalahkan barisan nasi bungkus
sekali disebar uang seratus ribu dan sembako
semua mundur teratur bagai sudah diatur
kembali menjadi penonton
yang tahu kalau ceriteranya sudah dibelok-belokan
wayang dalam kotak sudah mulai dikotak-kotakkan
dan sebentar lagi akan dimainkan oleh para dalang
Dalam bayang-banyang yang kotak-kotak.
Tak ada akal dan otak
Bagaiamana caranya berontak
Karena sudah dikotak-kotakkan
Menjadi wayang kotak-kotak.
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar