Ketika aku menulis kata Ayah di makroblog ini, bukan
berarti aku mengabaikan ibuku.
Ketika aku membahas ayahku, ibuku tahu bahwa aku sedang membicarakan pria yang
mencintainya. Ibuku juga tahu, bahwa aku sedang membicarakan pria yang ia sayangi.
apa yang kami butuhkan. Dengan jelas, aku mampu melihat punggungmu terbungkuk kelelahan.
Air mata ibaku bergulir ketika melihat ini.
belakangku ketika semua orang menertawai ambisiku.
Kau tidak pernah memberhentikan idealisku. Tapi, kau selalu membuat aku mampu memporsir
idealisku dengan realitas dan wawasan yang kau tahu.
sedikit ambisius.
menunjukan tawanya.
membuatku berhenti tanpa pernah mencoba.
mampu mengimbangi kami. Kau menunjukan bahwa mereka sebenarnya merasa khawatir jika
aku jatuh. Karena jatuhku, jatuhnya mereka. Dan sakitku, sakitnya mereka.
untuk menemaniku keluar rumah. Menemaniku ke tempat yang berpotensi bertemu dengan pria
yang mungkin buatku tidak nyaman. Putramu itu adalah salah satu pria yang kau percaya mampu
menjagaku selain kau. Aku selalu berusaha membuatmu tidak cemas dengan menyertakan
putramu dihari-hariku. Kehadiran putramu disampingku membuat pria pria lain tidak
menggangguku.
bergantung padanya.
melukaimu. Mempercayai pria lain yang kau tak kenal. Yang mau tidak mau ketika pria mulai
menyentuh tangan mungilku dan memelukku erat seraya melindungiku. Aneh rasanya ketika
permatamu tersentuh pria diluar sana tanpa izinmu dan aku mengunci mulutku.
peka dengan rasa memiliki seorang ayah terhadapnya.
tersentuh pria, tawa riang penuh hasrat menggoda terdengar liar di telinga pria, wajah cantik
putrimu terlezat-lezati banyak pria.
\yang terampil membaca kondisi putrinya. Termasuk ketika aku menyembunyikan sesuatu.
mungkin aku dengan sadar menyeretmu ke neraka karena nafsu dunia. Tidak.
setelah kesehatanmu, kebahagiaanmu, karirmu dsb.
kami sekeluarga bertemu kembali di dahsyatnya alam akhirat. Do'aku adalah aku ingin kami
bersama selalu, berpelukan di tengah milyaran manusia nanti. Berjabat tangan tidak terlepaskan.
Itu doaku teratas, Ayah! ini sungguh harapan agung tentang keluarga.
kami nanti.
Ayah, entah bagaimana rasanya mencarimu ditengah triliunan manusia yang sibuk nanti. Atau
mungkin kesalahanku pada Allah yang akan menghambat pencarianmu nanti, atau mungkin
karena ada kesalahanku padamu. Mohon maafkan aku, ayah.
terjadi
Tidak. Aku mencintaimu. Memelukmu erat di tengah hiruk pikuknya alam akhirat nanti. Sebagai
seseorang yang memeliharaku di dunia. Yang mencintai, melindungiku selama hayat hidupmu.
Allah memberkahimu ayah. Allah tahu, bagaimana kau mati-matian melindungiku putrimu, dan
keluarga. Kau sosok yang menemaniku dalam pencapaian ambisi besar tentang dunia.
menggendongku, canda tawa bersama. Ah ayah! Entah lah bagaimana menghentikan air mata ini.
Seorang pria yang menggiringku ke tempat yang aku mau. Seorang pria yang menghalangi
bahaya bahaya yang siap menerkamku. Uang pendidikan yang kau siapkan untukku.
Entahlah bagaimana cara membalasmu. Aku mencintaimu ayah. Dan, terbesit harapan. Putriku
kelak, akan terlindungi baik oleh suamiku nanti. Hingga, putriku nanti mencintai suamiku.
Ketika aku membahas ayahku, ibuku tahu bahwa aku sedang membicarakan pria yang
mencintainya. Ibuku juga tahu, bahwa aku sedang membicarakan pria yang ia sayangi.
Ketika aku membahas ayah, ibuku tahu..
Bahwa ini menunjukan ungkapan cinta dari
putrinya untuk pria yang ia cintai.
Ayah, entahlah bagaimana memulainya.
putrinya untuk pria yang ia cintai.
Ayah, entahlah bagaimana memulainya.
Air mata rasa bangga memilikimu selalu
menetes ketika aku tahu kau selalu berusaha
memenuhi
menetes ketika aku tahu kau selalu berusaha
memenuhi
apa yang kami butuhkan. Dengan jelas, aku mampu melihat punggungmu terbungkuk kelelahan.
Air mata ibaku bergulir ketika melihat ini.
Ayah, Bagaimana caranya untuk seperti kau?
Selesai mencari nafkah dengan sembrawutnya dunia tanpa
pernah mengeluh sedikitpun.
Ayah yang selalu berada di depan kami ketika kau memimpin keluarga. Ayah yang selalu di
Ayah yang selalu berada di depan kami ketika kau memimpin keluarga. Ayah yang selalu di
belakangku ketika semua orang menertawai ambisiku.
Kau tidak pernah memberhentikan idealisku. Tapi, kau selalu membuat aku mampu memporsir
idealisku dengan realitas dan wawasan yang kau tahu.
Walau aku sangat mampu melihat raut wajahmu yang amat
bangga melihat gadis kecilmu yang
sedikit ambisius.
Entahlah.. bagaimana mengatakannya ini ayah..
Sedih rasanya ketika semua orang memintaku menghentikan
idealisku dengan mereka
menunjukan tawanya.
Mereka tertawa ketika mendengar serentetan idealisku. Tawa
yang semata hanya untuk
membuatku berhenti tanpa pernah mencoba.
Kau membelaku di hadapan mereka. Walau mereka termasuk
ibuku, kakakku dan adikku. Kau
mampu mengimbangi kami. Kau menunjukan bahwa mereka sebenarnya merasa khawatir jika
aku jatuh. Karena jatuhku, jatuhnya mereka. Dan sakitku, sakitnya mereka.
Salah satu penghormatanku padamu adalah dengan seberusaha
mungkin menyertakan putramu
untuk menemaniku keluar rumah. Menemaniku ke tempat yang berpotensi bertemu dengan pria
yang mungkin buatku tidak nyaman. Putramu itu adalah salah satu pria yang kau percaya mampu
menjagaku selain kau. Aku selalu berusaha membuatmu tidak cemas dengan menyertakan
putramu dihari-hariku. Kehadiran putramu disampingku membuat pria pria lain tidak
menggangguku.
Ya, dia adikku. Aku cukup bergantung kepadanya. Walau ia
belum tentu merasa bahwa aku cukup
bergantung padanya.
Dan, aneh rasanya ketika aku bersanding dengan pria yang
tidak kau kenal. Aku merasa aku
melukaimu. Mempercayai pria lain yang kau tak kenal. Yang mau tidak mau ketika pria mulai
menyentuh tangan mungilku dan memelukku erat seraya melindungiku. Aneh rasanya ketika
permatamu tersentuh pria diluar sana tanpa izinmu dan aku mengunci mulutku.
Mungkin semacam putri yang tidak pernah kenal dengan
ayahnya. Semacam putri yang tidak
peka dengan rasa memiliki seorang ayah terhadapnya.
Maafkan aku ayah. Entah lah, bagaimana mungkin kau
mengatakan sudi jika kulit lembut putrimu
tersentuh pria, tawa riang penuh hasrat menggoda terdengar liar di telinga pria, wajah cantik
putrimu terlezat-lezati banyak pria.
Sedangkan.. kau berharap tentang pria yang tau
"hak" atas diriku.
Ayah, kau sama dengan pria tua lainnya. Yang sangat
melindungi anak perempuannya. Ayah
\yang terampil membaca kondisi putrinya. Termasuk ketika aku menyembunyikan sesuatu.
Berbicara pakaianku. Jilbabku, ya! Itu salah satu bentuk
aku menyayangimu, Ayah! Bagaimana
mungkin aku dengan sadar menyeretmu ke neraka karena nafsu dunia. Tidak.
Aku rela ayah..
Ketika pria hanya menilaiku dari wajah dan telapak tanganku
saja.
Aku rela ayah..
Ketika pria lebih memuja wanita berbusana minim dari pada
aku.
Aku tidak peduli itu. Aku lebih peduli dengan masa depan
kau dan aku di akhirat.
Dan aku memastikan bahwa pria baik-baiklah yang akan melirikku.
Ayah, kau tentu masuk daftar hal mewah di dunia ini. Kedua
setelah ibuku, ya Istrimu.
Ayah, hanya satu doa aku yang teratas untukmu. Doa ini di
atas segalanya. Doa ini teratas
setelah kesehatanmu, kebahagiaanmu, karirmu dsb.
Ayah, aku berdoa. Jika saat semua manusia berkumpul di
padang mahsyar nanti dan saat itu pun
kami sekeluarga bertemu kembali di dahsyatnya alam akhirat. Do'aku adalah aku ingin kami
bersama selalu, berpelukan di tengah milyaran manusia nanti. Berjabat tangan tidak terlepaskan.
Itu doaku teratas, Ayah! ini sungguh harapan agung tentang keluarga.
Ayah, ku mohon.. berdoalah agar kami terhindar dari nafsu
dunia yang berusaha memisahkan
kami nanti.
Yang membuat masing-masing dari kami kesulitan mencari satu
sama lain.
Dimana mungkin aku butuh jutaan tahun menemukanmu diatas
tanah yang gersang dan panas.
Ayah, entah bagaimana rasanya mencarimu ditengah triliunan manusia yang sibuk nanti. Atau
mungkin kesalahanku pada Allah yang akan menghambat pencarianmu nanti, atau mungkin
karena ada kesalahanku padamu. Mohon maafkan aku, ayah.
Sulit bagiku membayangkan jika kita tidak akan bertemu
selamanya. Tidak ayah! Itu tidak akan
terjadi
Rasanya aku akan gila membayangkan kami tidak akan bertemu
lagi di akhirat nanti. Tidak ayah!
Tidak. Aku mencintaimu. Memelukmu erat di tengah hiruk pikuknya alam akhirat nanti. Sebagai
seseorang yang memeliharaku di dunia. Yang mencintai, melindungiku selama hayat hidupmu.
Allah memberkahimu ayah. Allah tahu, bagaimana kau mati-matian melindungiku putrimu, dan
keluarga. Kau sosok yang menemaniku dalam pencapaian ambisi besar tentang dunia.
Deras jatuh air mataku menulis ini. Mengingat semua
bimbinganmu waktu ku kecil. Menjemputku,
menggendongku, canda tawa bersama. Ah ayah! Entah lah bagaimana menghentikan air mata ini.
Seorang pria yang menggiringku ke tempat yang aku mau. Seorang pria yang menghalangi
bahaya bahaya yang siap menerkamku. Uang pendidikan yang kau siapkan untukku.
Entahlah bagaimana cara membalasmu. Aku mencintaimu ayah. Dan, terbesit harapan. Putriku
kelak, akan terlindungi baik oleh suamiku nanti. Hingga, putriku nanti mencintai suamiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar