Mari membaca puisi Dody Kristianto menghibur diri dengan pusing hahahaha
Ketawa sambil lupa diri telanjang dada, telanjang harapan. |
Kaidah si penentang berancang
semenjana. Tak ada gelibatan marabahaya. Apalagi keluasannya berkitaran. Di
segala makrifah. Langit disunggi kepala. Sedepa saja berjaga jarak. Pijaknya di
atas helai daun melambai. Tangan lepas menentang umpama burung lenyap ditelan
gelap.
Kelewang tajam membelai. Keras
besi tak lebih kemurahan kasih yang bersabar di sekujur badan. Api hembuskan
kesejukan. Sergapan hujan biasa menghantar yang hangat di kedalaman.
Itikad berkhidmat tak sanggup
ditafsir juru daras semua kitab penerawang kesucian tak kuasa merawi setitik
pijak langkahnya. Tak mengiba ia, terlebih jubah dunia dalam lemari sementara.
Gerak bumi lebih kencana pula. Zirah udara lamat mengaji langgam lambatnya.
Tingkah yang beroleh gerak macan, biasa. Muslihat membelit ala ular masih
sederhana. Tepukannya menggebut lalat mengakhirkan segala kejantanan kaum
pongah.
Maka,
ini ikhtisar bersengketa dengannya.
Muslihat
berancang seburuk–buruknya sergapan. Tak beranjak dari kesabaran meski daya
pemindah kapal ke pucuk gunung bergaung. Pun kesabaran menjungkir bukit ke
dasar laut tak kuasa menghentaknya.
2015, Dody Kristianto lahir di surabaya, jawa timur,
dan kini bekerja di serang, banten.
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar