السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Kita tak bisa memastikan kapan akan Mati - Yang pasti bahwa semua akan Mati "Orang paling pandai orang yang paling ingat akan masalah kematian (Sabda Rasulullah saw.)"

Nabi Muhammad Pun Menangis

Pada saat malam Takbiran, Sayyidina Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan Kurma. 

Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Sayyidina Ali menyiapkani tiga karung gandum dan dua karung Kurma. Terihat Sayyidina Ali memanggul gandum,e sementara istrinya Sayyidah Fatimah menuntun
Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untukd disantuni

Esok harinya tiba Shalat ‘Idul Fitri, Mereka
sekeluarga khusyuk mengikuti Shalat jama’ah dan mendengarkan khutbah, selepas khutbah ‘Ids selesai keluarga Rasulullah Saw itu pulang ke rumah dengan wajah berseri - seri.

Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluargap putri Rasulullah Saw, Sampai di depan pintu rumah alangkah tercengang Ibnu Rafi’i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu.

Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah, Sayyidina Hasand danSayyidina Husein yang masih balita, dalam‘ Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium olehs ahabat Nabi itu. 

Seketika itu Ibnu Rafi’i berucap Istighfar, sambilm engusap - usap dadanya seolah ada yang nyeri disana. 

Mata Ibnu Rafi’i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes di pipinya. Kecamuk dalam dada Ibnu Rafi’i sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah Saw.


Sesampainya tiba di depan Rasulullah, “Ya
Rasulullah, ya Rasulullah, ya Rasulullah, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ibnu Rafi’i. “Ada apa wahai sahabatku?” tanya Rasulullah.

“Tengoklah ke rumah putri baginda, ya
Rasulullah. Tengoklah cucu baginda Hasan dan
Husein.”
“Kenapa keluargaku?”
“Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.”

Rasulullah Saw pun bergegas menuju rumah
Sayyidah Fatimah. Tiba di teras rumah, tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah dan kedua putranya. Mata Rasulullah pun berlinang. Beliau menangis melihat keluarga putri tercinta dan dua cucunya
yang hanya makan gandum basi dihari Raya Idul Fitri...

Di saat semua orang berbahagia, di saat semua
orang makan yang enak-enak. Keluarga Rasulullah Saw penuh tawa bahagia dengan
hanya makan gandum yang baunya tercium tak
sedap.

“Ya Allah, Allahumma Isyhad...Ya Allah,
Allahumma Isyhad... (Ya Allah saksikanlah,
saksikanlah) Di hari ‘Idul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum yang basi. Mereka membela kaum papa, ya Allah. Mereka mencintai
kaum fuqara dan masakin. Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi, asalkan
kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang
lezat. Allahumma Isyhad, saksikanlah ya Allah,
saksikanlah,” bibir Rasulullah berbisik lembut..

Sayyidah Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, sang ayah sedang berdiri tegak. “Duhai ayahnda, ada apa gerangan ayah menangis?” Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu.

Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar, “Surga untukmu, Nak...Surga untukmu.”
Demikianlah, menurut Ibnu Rafi’i, keluarga
Rasulullah Saw pada hari ‘Idul Fitri menyantap
makanan yang basi dan bau.

Ibnu Rafi’i berkata, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah Saw agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap ‘Idul Fitri dan aku pun simpan
kisah itu dalam hatiku.
Namun, selepas Rasulullah Saw wafat, aku takut dituduh menyembunyikan Hadits, maka aku ceritakan hal ini agar menjadi pelajaran bagi
segenap kaum Muslimin.”

(Musnad Imam Ahmad, jilid 2)

Coretan: HAM

Tidak ada komentar:

Baca juga topik dibawah ini:
Lihat kamus di Beranda!
DAFTAR EMAIL KAMU UNTUK BERLANGGANAN UPDATE Ujung Pena NS