Sajak Kesendirian NS di Yogyakarta,
Ketika tersadar sendirian iringan kepulan asap cigarette
Bawah lensa rona senja
Pojok kota Jogjakarta, samping bau pasak kali gajah wong
Menyeret intuisi lamunan anak desa dikota.........
*****
Kata orang dia manggarai tapi seperti dirinya sendiri, tidak bersama seperti lainnya dari nucalale................
Kata orang dijogja banyak keluarga, asal tanah kuni agu kalo, dia tidak melihat iklim ca tanah dading..........
Kata orang DIY, tapi dia tidak melihat istimewa itu dari lawa ca tanah dading nucalale...........
Kata orang mahasiswa jogja menonjol keilmuannya, tapi dia tidak melihat dari masyarkat kampus nucalele..........
Kata orang dijogja punya keluarga nucalale sukses, tapi dia tidak melihat, dan enggan mencarinya, lalu sembari bertanya-tanya sukses seperti apa, siapa, berada dimana, dan bagi siapa?
Kata orang mereka keluarganya, tapi dia melihat intrikan, ekspresi shit, antiklimaks terhadap wisdom semakin tinggi padanya..........
******
Kini menghamili iklim nyaman sendiri, suara membungkam, mengayuh, menepih molonglong ke lorong sumpek padat papah............
kepelabuhan
keluarga sendiri seperti tercipta. keseimbangan, keselarasan intuisi
individu pergaulan bersama melewati aktivitas hidup, itulah
keluarga...........
iya mereka lebih menghargai, melihat satu sama lain seperti keluarga, hadir empati pada individu lain...........
kesadaran bahwa manusia wajar untuk diperlakukan, seperti manusia lain, ingin hidup sewajarnya..........
bukan perbudakan, tidak terus menciptakan setatus kelas social jurang pemisah, dengan tingkah, tindakan, ekspresi mengkerdilkan psikikis kelas bawah.............
mereka bukan nucalale, yaa mereka manusia beda, lahir hidup di era modern tapi prinsip produksi, konsumsi kembali era komunal primitive..................
Sendiri di tengah keramaian, dalam kelaparan kutuliskan sajak tentangku |
Ketika tersadar sendirian iringan kepulan asap cigarette
Bawah lensa rona senja
Pojok kota Jogjakarta, samping bau pasak kali gajah wong
Menyeret intuisi lamunan anak desa dikota.........
*****
Kata orang dia manggarai tapi seperti dirinya sendiri, tidak bersama seperti lainnya dari nucalale................
Kata orang dijogja banyak keluarga, asal tanah kuni agu kalo, dia tidak melihat iklim ca tanah dading..........
Kata orang DIY, tapi dia tidak melihat istimewa itu dari lawa ca tanah dading nucalale...........
Lebaran idhul fitri 2014, aku rindu mendiang ayahku, ku rasakan belaiannya sore itu" |
Kata orang dijogja punya keluarga nucalale sukses, tapi dia tidak melihat, dan enggan mencarinya, lalu sembari bertanya-tanya sukses seperti apa, siapa, berada dimana, dan bagi siapa?
Kata orang mereka keluarganya, tapi dia melihat intrikan, ekspresi shit, antiklimaks terhadap wisdom semakin tinggi padanya..........
******
Kini menghamili iklim nyaman sendiri, suara membungkam, mengayuh, menepih molonglong ke lorong sumpek padat papah............
Aku rindu padamu ayah, aku akan kirimi rinduku lewat do'a yang kupanjatkan" |
iya mereka lebih menghargai, melihat satu sama lain seperti keluarga, hadir empati pada individu lain...........
kesadaran bahwa manusia wajar untuk diperlakukan, seperti manusia lain, ingin hidup sewajarnya..........
bukan perbudakan, tidak terus menciptakan setatus kelas social jurang pemisah, dengan tingkah, tindakan, ekspresi mengkerdilkan psikikis kelas bawah.............
mereka bukan nucalale, yaa mereka manusia beda, lahir hidup di era modern tapi prinsip produksi, konsumsi kembali era komunal primitive..................
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar