Hemi tu mendi ata titi lata NDAHTESI jadi Aparatur adat istiadat |
Sedih fikiran dite liput le bayang - bayang neteng penjuru dikuasai oleh
kepintaran bersumber dari ma'ang pende dise tae, kini lenyap ditukar
dengan kepintaran anak - anak sanak famili dulu mendi, sekarang angkuh
ditengah kepintaran - kepintaran memainkan permaianannya untuk kemewahan
diatas kesengsaraan mose de ro'eng siru, kita menjadi seolah mangsa
disaat kepintaran telah dibayar dengan lenyap seluruh ma'ang pende dise
tae, tak tersisah kita menjadi ro'eng darem tedenglen,
kita harus menjual tanah kita untuk melunasi uatang - utang kehidupan
ro'eng adat atas pinjaman uang yang kita pinjam dari mendi telah kaya
dari kepintaran modal dari ma'ang dise tae, saya marah dalam
kelaparan, saya marah ketika tak bisa duduk dibangku kuliah bersama
orang - orang belajar dikampus - kampus, saya marah ketika harus susah
melangkahkan kaki kerantauan karena tak ada lagi tanda kesejahteraan one
siru. Saya ingin maki pada siapapun yang meresa sombong sebagai
pemimpin adat yang tak bijak agu ite ro'eng. "Pukimai makian untuk kalian"
Di pucuk - pucuk semesta cinta, menununtut keadilan ketika ketidakadilan
menjadi keadilan, tidak bisa tidak, engkau harus menjawab, apabila kau
tetap bertahan aku akan memburuhmu seperti kutukan dise tae, merenggutmu
dijalan - jalan, menghanyutkanmu disungai - sungai dangkal,
menjatuhkanmu dari tebing - tebing tak juram, memusnahkanmu dari
keluarga, menjatuhkanmu ketika jalan dijalan rata, engkau musnah
ditengah kepongahan kesombongan yang telah menjadi kewajaran.
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar