Cerita ini sangat familiar dikalangan pesantren
jawa timuran. Musim haji telah tiba. Sebagaimana biasanya, penduduk daerah
Bangkalan yang akan menunaikan ibadah haji terlebih dahulu sowan kepada Kiai
Kholil.
Fulan calon jamah haji Bangkalan. Menjelang keberangkatannya, terlebih
dahulu menyempatkan sowan ke Kiai Kholil. Kiai, ketika melihat diantara tamu
terdapat si Fulan, maka segera menyuruh mendekat.
“Fulan, ini surat. Sesampainya di Masjidil Haram,
berikan surat ini kepada anjing hitam.” Pesan Kiai kepada si Fulan dengan
datar.
“Ya, Kiai. Saya akan menyampaikan surat ini.” Jawab
si Fulan tanpa berani menatap dan bertanya kenapa Kiai menyuruh demikian. Seusai
sowan kepada Kiai, Fulan langsung pulang ke rumahnya.
Berbagai kecamuk dan
pertanyaan dibenakknya. Hari keberangkatan pun tiba. Dengan niat yang ikhlas,
Fulan berangkat ke tanah suci .Sesampainya di Makkah, Fulan menunaikan Ibadah
hajinya dengan baik.
Sungguh pun demikian, Fulan belum tenang kalau
amanat yang dipesankan Kiai Kholil belum dilaksanakan. Segera fulan pergi ke
halaman Masjidil Haram, terdorong karena patuhnya kepada Kiai Kholil, ingin
segera menyampaikan pesan yang sangat aneh ini. Tapi bagaimana caranya?
Tak disangka, ditengah keasyikannya merenung itu.
Tiba – tiba, entah dari mana datangnya, didepannya sudah berdiri seekor anjing
hitam. Tanpa pikir panjang lagi, Fulan segera meraih surat yang ada di sakunya.
Seketika itu juga, disodorkannya surat itu kepada anjing hitam.
Telinga anjing
itu bergerak – berak, lalu menggigit surat itu pelan – pelan. Beberapa saat
anjing itu menatap tajam wajah si Fulan seolah – olah ingin mengungkapkan rasa
terima kasih. Setelah itu dengan langkah tenang dan wibawa, sang anjing hitam
itu meninggalkan Fulan yang masih terpana.
Dipandangnya anjing itu hingga tidak terlihat lagi
dari pandangan mata Fulan. Fulan merasa lega. Sebab, amanat yang tidak dipahami
itu sudah ditunaikan.
Waktu pun bergulir hingga selesailah ibadah Rukun
Islam yang kelima itu. Semua jama’ah haji seantero dunia pulang ketanah airnya
masing – masing begitu pula dengan fulan pulang ke Bangkalan
Bagi fulan, sungguhpun sudah selesai ibadah haji,
namun kecamuk surat misterius itu masih melekat di benaknya. Oleh sebab itu,
setibanya di Bangkalan, pertama kali yang ditemuinya adalah Kiai Kholil.
“Sudah disampaikan surat saya, Fulan?” Kata Kiai
menyambut kedatangan Fulan.
“Sudah, Kiai.” Tegas fulan lega.
“Tapi, Kiai..” Kata fulan agak tersendat – sendat “Ada apa Fulan?” Kata Kiai Kholil tanpa menunjukkan ekspresi yang aneh.
“Kalau boleh Tanya, kenapa Kiai
mengirim surat kepada anjing hitam?” Tanya si Fulan terheran – heran.
“Fulan, yang kamu temui itu bukan sembarang anjing.
Dia adalah salah seorang wali Allah yang menyamar sebagai anjing hitam yang
menunaikan Ibadah haji tahun ini.” Jelas sang Kiai.
Mendengar keterangan Kiai Kharismatik itu, si
Fulan baru memahami dan menyadari apa yang ada dibalik peristiwa itu.
Dan
sifulan pun hanya bisa menganggut sambil mengenang saat sang anjing berhadapan
dengan dirinya.
Bung HAM
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar