بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Manusia itu berpotensi menjadi
"Tuhan" karena dalam dirinya
ada dimensi ketuhanan "Lahut"
dan sekaligus ada dimensi kemanusian "Nasut".
Dalam diri manusia juga ada dimensi "Malaikat" yang sangat taat, dan
dimensi "Iblis" yang
sangat ingkar dan merdeka. Juga ada dimensi “Hayyawan: Hewan” yang punya nafsu, gairah, naluri, kepekaan dan
dimensi tumbuhan yang bisa tumbuh berkembang.
Dalam diri manusia juga ada unsur Tanah, Air, Api,
Udara, inilah mikrokosmos, epifani Tuhan yang maha jenius. Inilah takdir manusia yang ada sejak lahir, selain hal – hal di
atas, takdir manusia harus diciptaken
sendiri.
Takdir itu bisa diprediksi oleh
orang yang sangat jenius, tapi faktor lupa yang membuat
si jenius dihantam oleh takdir yang sudah diprediksinya. Factor lupa
disebabkan oleh banyak hal, entah banyak pikiran, kerjaan, atau lainnya di luar
diri manusia, tapi sebabnya bisa diketahui.
Manusia itu telah diajarkan oleh Tuhan "Wa Allama Adamal Asma A’Kullaha’ {Al – baqoroh:
31}" semua nama, semua ilmu, hingga dia punya potensi tahu apa yang akan terjadi.
Potensi tahu akan takdir ini tertutup awan gelap yang
namanya hasrat, nafsu yang juga sudah ditakdirken ada dalam diri. Nafsu ini
bisa dikendalikan oleh akal, intuisi yang juga ditakdirken ada.
Orang yang sangat jenius tidak akan dihantam takdir
karena dia selalu mawas diri, tetapi
takdir ini menghantam si jenius lewat orang – orang fana dan tidak jenius, yang
hidupnya berisi kemelut.
Muhammad tahu umatnya akan kacau, tetapi dia tidak bisa mencegah
karena umatnya ini disuruh belajar dan mawas diri tapi tidak mau.
Takdir itu bisa dibaca, tapi takdir biasanya
berbicara lewat orang – orang yang tidak tahu.
Bung HAM
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar