Perubahan dalam masyarakat tidak akan terjadi kalo cuma mental. Poros dari
setiap kegiatan manusia itu soal ekonomi, bahkan kebanyakan orang beragama itu
pingin masuk surga, atau sekedar menenangkan diri, ini soal ekonomi, mirip
orang dagang.
Kalau sistem ekonominya tidak berubah, mentalnya juga tidak mungkin berubah.
Kasus asap contohnya, dia sudah menghancurkan pendapatan nasional ratusan
trilliun, hanya untuk memberi keuntungan beberapa milyar pengusaha asing dan pribumi. Yang perlu dibongkar itu
sistem ekonomi.
Kalau misal negara mau membuat perkebunan nasional, rakyat yang bekerja
membongkar lahan tanpa dibakar, rakyat dapat gaji, ini akan menjadi program
ekonomi padat karya untuk mengeluarkn negara ditengah pusaran krisis. ribuan
rakyat dapat kerja, dapat gaji, bisa membeli barang dari perusahaan, perusahaan
bayar pajak negara dan tidak ada PHK.
Kenapa Harus Revolusi Ekonomi Politik?
Negara butuh pendapatan untuk membiayai APBN, itu bisa dari pajak, dari sektor
tambang, dari
perkebunan. Kalau tambang minyak, emas, gas, tembaga, batubara
dll dikuasai pengusaha asing ya APBN macet. Kalau APBN macet, program
kesehatan, pendidikan, infrastruktur juga macet. Itulah kenapa banyak rakyat
yang tidak bisa sekolah, kurang makan, tidak mampu berobat. Solusinya ya utang
luar negeri. Utang ini selanjutnya akan jadi beban APBN, terjadi pengurangan
subsidi pendidikan, kesehatan, pertanian dll. Mumet lagi.
Itulah kenapa perusahaan asing yang menguasai hajat hidup orang banyak harus
dinasionalisasi, jadi milik rakyat. itulah revolusi ekonomi politik, kalau
rakyat tidak punya tanah masa mentalnya mau direvolusi? kasih tanah, cangkul,
biar nanam cabe. masa cabe impor dari luar negeri?
Catatan
bung HAM
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar