Ide atau
gagasan sering muncul di pikiran kita tanpa kita undang. Muncul begitu saja.
Gagasan itu muncul biasanya karena ter-inspirasi oleh apa saja yang kita baca,
apa yang kita dengar, apa yang kita lihat atau apa yang kita alami. Jika ide
atau gagasan itu dianggap baik, biasanya kita tuangkan di facebook sebagai note
atau status.
Dasar
pikirannya sangat sederhana :
Kalau substansi
postingan itu kita anggap baik, ya kita share ke media sosial. Dianggap baik,
jika postingan itu bisa menginspirasi orang lain. Bisa jadi bahan perenungan,
bisa menggugah orang lain, untuk berbuat sesuatu, yang baik tentunya, yang
selaras dengan kehendak alam semesta.
Tetapi,
seringkali, atas suatu postingan, orang – orang tertentu merasa gerah saat
membacanya. Postingan itu sering dianggap sebagai serangan terhadap dirinya,
kelompoknya atau kepentingannya. Jadinya, sikapnya sangat reaktif terhadap
postingan itu. Reaktif secara negatif. Sekalipun isi postingan itu tidak secara
eksplisit menyebut nama pribadi atau kelompok tertentu, tidak pula menyebut
lokasi kejadian tertentu.
Substansi
yang disampaikan sebenarnya adalah hal yang universal atau kebenaran yang
universal. Masyarakat memilih seseorang jadi pemimpin karena si pemimpin
dicintai dan dipercayai mampu membawa masyarakat pada suatu tingkatan
kesejahteraan bersama (bonum commune).
Maka tiap
postingan, sejauh tidak menyebut nama pribadi tertentu, jabatan tertentu,
kelompok tertentu, atau lokasi tertentu, seyogyanya tidak boleh dianggap
sebagai serangan terhadap pribadi orang tertentu atau kelompok tertentu.Tidak
patut ditanggapi secara negatif, atau secara berlebihan, sampai di luar
konteks.
Sebab
tidak selamanya setiap postingan mempunyai maksud untuk menyerang pribadi orang
atau kelompok orang tertentu. Tidak selamanya untuk menjatuhkan reputasi orang
atau kelompok tertentu. Lalu, kalau begitu, apa tujuan dari postingan itu?
Mistikus
terkenal, Anthony de Mello SJ bilang: “Burung berkicau bukan karena ia ingin
menyatakan sesuatu. Ia berkicau karena memang ia ingin berkicau”. Dalam konteks
inilah kita harus mengubah cara pandang kita terhadap setiap postingan di
facebook.
Terinspirasi oleh kata – kata de Mello tersebut,
maka semua postingan di facebook tidak untuk dipahami, melainkan untuk
didengarkan, seperti orang mendengar desir angin di pohon, gemercik air di
sungai, dan kicauan burung di dahan pohon. “Semua ini akan membangkitkan
sesuatu di dalam hati, yang melampaui segala pemahaman”, kata de Mello dalam
buku “Burung Berkicau” di bawah subjudul “Kicauan Burung” (Jakarta: Cipta Loka
Caraka, 1988:15).
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar