Menurut
sebuah legenda di Manggarai, khususnya, di wilayah Rahong, pernah hidup seorang
gadis cantik. Namanya Maria Ange, sering disingkat “MA”. Lantaran cantiknya
yang sangat mempesona maka orang menambahkan kata Jelita di depan namanya.
Jadilah nama lengkapnya si Jelita Maria Ange.
Gambar. Reggina.I |
Ada dua
orang pemuda, mereka bersahabat karib. Seorang bernama Sujana Mbetung, seorang
lagi Denny Mbolot. Sujana, dari namanya sudah bisa ditebak bahwa dia berasal
dari Jawa. Tetapi karena ia banyak bergaul dengan orang Manggarai, khusus
dengan pejabat-pejabat di masa itu, maka di belakang namanya ditambahkan kata
“Mbetung”.
Mbetung
itu dalam bahasa Manggarai berarti sejenis alat musik tradisional yang terbuat
dari kayu dengan bunyi nada yang sangat terbatas. Makanya kalau dalam
pembicaraan sehari-hari, ada orang yang berpikir sempit, jangkauan pikirannya
tidak jauh dan tidak luas disebut “mbetung”: “kau ini seperti mbetung saja”.
Pemuda
satunya lagi: Denny Mbolot. Ini pemuda kampung, lahir dari salah satu kampung,
masih dalam wilayah Rahong juga. Walau tinggal di kampung, tetapi namanya sudah
sangat modern: Denny. Tidak banyak orang tua yang beri se-keren itu di masa
itu.
Sesuai
namanya yang modern, ia memang ganteng. Kumis tebal dan selalu ditata rapi.
Tetapi karena dalam pergaulan di kampung dia selalu bikin onar, dan selalu
menjadi sumber pertengkaran, maka orang memberi dia nama Mbolot. Jadilah nama
lengkapnya Denny Mbolot.
Dalam
pergaulan sehari-hari, keduanya bersahabat karib. Tetapi di hadapan si Jelita
Maria Ange, mereka bermusuhan, karena masing-masing berupaya merebut perhatian
gadis pujaan mereka berdua.
Untuk
mematahkan ambisi si Denny Mbolot, maka si Sujana Mbetung berusaha mendapatkan surat
cinta balasan dari si Jelita Maria Ange dan memperlihatkannya kepada si Denny
Mbolot bahwa cinta Sujana Mbetung diterima oleh Maria Ange.
Dengan
begitu, diharapkan bahwa si Denny Mbolot akan mengurungkan niatnya untuk terus
ngotot merebut hati si Maria Ange itu. “Kawan, jangan terus kau kejar si Jelita
Maria Ange, dia sudah jadi kekasihku, jangan kau buang-buang waktu untuk
mengejar dia lagi”, kata Sujana Mbetung sambil menepuk-nepuk bahu si Denny
Mbolot.
Dasar
punya kebiasaan berpikir “mbolot”, si Denny Mbolot percaya begitu saja
kebenaran surat cinta balasan Maria Ange di tangan Sujana Mbetung itu. Sebagai
seorang pemuda asli Manggarai, dia seharusnya berani mendatangi Maria Ange,
siapa sebenarnya yang cinta diterima apakah cinta dari Sujana Mbetung atau
cinta dari Denny Mbolot.
Orang
Manggarai sebenarnya punya falsafat bagus soal ini: “Sendong pika wero, bom toe
naun kope ba kole”. Sayangnya, Denny Mbolot, dengan pikirannya yang selalu
“mbolot”, lupa adagium bijak leluhur orang Manggarai itu.
Waktu
terus berjalan, beberapa tahun kemudian, terbongkarlah skenario “pintar busuk”
si Sujana Mbetung. Ternyata surat cinta balasan dari Maria Ange itu adalah
palsu, dia buat sendiri, dengan memalsukan tandatangan Maria Ange. Ya, di saat
itu, Maria Ange tidak lagi punya pilihan lain, jadilah ia diperistri oleh
Sujana Mbetung.
Di waktu
lain, Maria Ange begitu terpesona dengan kumis tebal yang ditata rapi milik si
Denny Mbolot. “Kalau saja Denny Mbolot pernah menyatakan cintamu padaku di masa
lalu, biar kau hanya menyatakannya sekali saja kata cinta, maka kepalaku akan
kuanggukkan seribu kali tanda setuju”, kata si Maria Ange merayu si Denny
Mbolot.
Hati
Denny Mbolot pun berbunga-bunga ketika mendengar pernyataan dari Maria Ange
itu.
Kalau
Denny mengulang-ulang kata-kata yang diucapkan Maria Ange itu, ia kadang lupa
telan air liurnya sehingga meleleh tak teratur mengenai dasi dan bajunya.
Setiap pagi sebelum memulai aktivitasnya hari itu, Denny Mbolot selalu
menghafal kata-kata yang pernah diucapkan Maria Ange itu.
Dari
kebiasaan menghafal kata-kata yang diucapkan Maria Ange itulah, pikiran Denny
semakin “mbolot”, mbolot dan semakin mbolot, karena lupa dia sudah beristri dan
punya anak. Ia tenggelam dan terus tenggelam memuja kecantikan Maria Ange.
Pesan
Moral:
Mbolot, jangan kau percaya begitu saja bualan
orang yang menjadi sainganmu. Namanya orang mau menang dalam sebuah persaingan,
segala jurus cara dipakai. Hanya karena pikiranmu mbolot dan terus tenggelam
dalam kembolotanmu itu, maka kau terima akibat dari mbolotnya pikiranmu.
Kraeng Edi Danggur
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar