السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Kita tak bisa memastikan kapan akan Mati - Yang pasti bahwa semua akan Mati "Orang paling pandai orang yang paling ingat akan masalah kematian (Sabda Rasulullah saw.)"

Si Jelita Maria Ange


Menurut sebuah legenda di Manggarai, khususnya, di wilayah Rahong, pernah hidup seorang gadis cantik. Namanya Maria Ange, sering disingkat “MA”. Lantaran cantiknya yang sangat mempesona maka orang menambahkan kata Jelita di depan namanya. Jadilah nama lengkapnya si Jelita Maria Ange.
Gambar. Reggina.I
Hampir tiap hari banyak pemuda datang melamarnya. Tetapi selalu dia tolak. Dia memakai berbagai macam kriteria. Pemuda – pemuda itu banyak yang tidak memenuhi kriteria dia. Ange itu sendiri dalam bahasa Manggarai berarti banyak lagak, banyak gaya, terutama untuk menarik perhatian pemuda.

Ada dua orang pemuda, mereka bersahabat karib. Seorang bernama Sujana Mbetung, seorang lagi Denny Mbolot. Sujana, dari namanya sudah bisa ditebak bahwa dia berasal dari Jawa. Tetapi karena ia banyak bergaul dengan orang Manggarai, khusus dengan pejabat-pejabat di masa itu, maka di belakang namanya ditambahkan kata “Mbetung”.

Mbetung itu dalam bahasa Manggarai berarti sejenis alat musik tradisional yang terbuat dari kayu dengan bunyi nada yang sangat terbatas. Makanya kalau dalam pembicaraan sehari-hari, ada orang yang berpikir sempit, jangkauan pikirannya tidak jauh dan tidak luas disebut “mbetung”: “kau ini seperti mbetung saja”.

Pemuda satunya lagi: Denny Mbolot. Ini pemuda kampung, lahir dari salah satu kampung, masih dalam wilayah Rahong juga. Walau tinggal di kampung, tetapi namanya sudah sangat modern: Denny. Tidak banyak orang tua yang beri se-keren itu di masa itu.

Sesuai namanya yang modern, ia memang ganteng. Kumis tebal dan selalu ditata rapi. Tetapi karena dalam pergaulan di kampung dia selalu bikin onar, dan selalu menjadi sumber pertengkaran, maka orang memberi dia nama Mbolot. Jadilah nama lengkapnya Denny Mbolot.

Dalam pergaulan sehari-hari, keduanya bersahabat karib. Tetapi di hadapan si Jelita Maria Ange, mereka bermusuhan, karena masing-masing berupaya merebut perhatian gadis pujaan mereka berdua.

Untuk mematahkan ambisi si Denny Mbolot, maka si Sujana Mbetung berusaha mendapatkan surat cinta balasan dari si Jelita Maria Ange dan memperlihatkannya kepada si Denny Mbolot bahwa cinta Sujana Mbetung diterima oleh Maria Ange.

Dengan begitu, diharapkan bahwa si Denny Mbolot akan mengurungkan niatnya untuk terus ngotot merebut hati si Maria Ange itu. “Kawan, jangan terus kau kejar si Jelita Maria Ange, dia sudah jadi kekasihku, jangan kau buang-buang waktu untuk mengejar dia lagi”, kata Sujana Mbetung sambil menepuk-nepuk bahu si Denny Mbolot.

Dasar punya kebiasaan berpikir “mbolot”, si Denny Mbolot percaya begitu saja kebenaran surat cinta balasan Maria Ange di tangan Sujana Mbetung itu. Sebagai seorang pemuda asli Manggarai, dia seharusnya berani mendatangi Maria Ange, siapa sebenarnya yang cinta diterima apakah cinta dari Sujana Mbetung atau cinta dari Denny Mbolot.
Orang Manggarai sebenarnya punya falsafat bagus soal ini: “Sendong pika wero, bom toe naun kope ba kole”. Sayangnya, Denny Mbolot, dengan pikirannya yang selalu “mbolot”, lupa adagium bijak leluhur orang Manggarai itu.

Waktu terus berjalan, beberapa tahun kemudian, terbongkarlah skenario “pintar busuk” si Sujana Mbetung. Ternyata surat cinta balasan dari Maria Ange itu adalah palsu, dia buat sendiri, dengan memalsukan tandatangan Maria Ange. Ya, di saat itu, Maria Ange tidak lagi punya pilihan lain, jadilah ia diperistri oleh Sujana Mbetung.

Di waktu lain, Maria Ange begitu terpesona dengan kumis tebal yang ditata rapi milik si Denny Mbolot. “Kalau saja Denny Mbolot pernah menyatakan cintamu padaku di masa lalu, biar kau hanya menyatakannya sekali saja kata cinta, maka kepalaku akan kuanggukkan seribu kali tanda setuju”, kata si Maria Ange merayu si Denny Mbolot.

Hati Denny Mbolot pun berbunga-bunga ketika mendengar pernyataan dari Maria Ange itu.
Kalau Denny mengulang-ulang kata-kata yang diucapkan Maria Ange itu, ia kadang lupa telan air liurnya sehingga meleleh tak teratur mengenai dasi dan bajunya. Setiap pagi sebelum memulai aktivitasnya hari itu, Denny Mbolot selalu menghafal kata-kata yang pernah diucapkan Maria Ange itu.

Dari kebiasaan menghafal kata-kata yang diucapkan Maria Ange itulah, pikiran Denny semakin “mbolot”, mbolot dan semakin mbolot, karena lupa dia sudah beristri dan punya anak. Ia tenggelam dan terus tenggelam memuja kecantikan Maria Ange.
Pesan Moral:

Mbolot, jangan kau percaya begitu saja bualan orang yang menjadi sainganmu. Namanya orang mau menang dalam sebuah persaingan, segala jurus cara dipakai. Hanya karena pikiranmu mbolot dan terus tenggelam dalam kembolotanmu itu, maka kau terima akibat dari mbolotnya pikiranmu.
Kraeng Edi Danggur

Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono

Tidak ada komentar:

Baca juga topik dibawah ini:
Lihat kamus di Beranda!
DAFTAR EMAIL KAMU UNTUK BERLANGGANAN UPDATE Ujung Pena NS