From IndonesiaDLN
Tujuan Perpustakaan Digital
Peran Perpustakaan Digital
Masalah dan Isu-Isu mengenai Perpustakaan Digital
oleh
Winy Purtini (e.winet@gmail.com)
Digital
Library Federation di
Amerika Serikat memberikan definisi perpustakaan digital sebagai
organisasi-organisasi yang menyediakan sumber-sumber, termasuk staff dengan
keahlian khusus, untuk menyeleksi, menyusun, menginterpretasi, memberikan akses
intelektual, mendistribusikan, melestarikan, dan menjamin keberadaan koleksi
karya-karya digital sepanjang waktu sehingga koleksi tersebut dapat digunakan
oleh komunitas masyarakat tertentu atau masyarakat terpilih, secara ekonomis
dan mudah.
“Digital
libraries are organizations that provide the resources, including the
specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to,
interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence
over time of collections of digital woks so that they are readily and
economically available for use by a defined community or set of communities.”
Berdasarkan
International Conference of Digital Library 2004,konsep Perpustakaan
digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat,
disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan kelompok
workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks)
berkecepatan tinggi. Pustakawan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam
mendapat, menyimpan, memformat, menelusur atau mendapatkan kembali, dan
mereproduksi informasi nonteks. Sistem informasi modern kini dapat menyajikan
informasi secara elektronik dan memanipulasi secara otomatis dalam kecepatan
tinggi.
Sejarah
Pengembangan Perpustakaan Digital
Gagasan
yang muncul pertama kali sebagai dasar konsep perpustakaan digital muncul pada
bulan Juli tahun 1945 oleh Vannevar Bush. Beliau mengeluhkan penyimpanan informasi
manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang sudah dipublikasikan.
Untuk itu, Bush mengajukan ide untuk membuat catatan dan perpustakaan pribadi
(untuk buku, rekaman/dokumentasi, dan komunikasi) yang termekanisasi.
Selama
dekade 1950-an dan 1960-an keterbukaan akses terhadap koleksi perpustakaan
terus diusahakan oleh peneliti, pustakawan, dan pihak-pihak lain, tetapi
teknologi yang ada belum cukup menunjang.
Pada
awal 1980-an fungsi-fungsi perpustakaan telah diotomasi melalui perangkat komputer,
namun hanya pada lembaga-lembaga besar mengingat biaya investasi yang tinggi.
Misalnya pada Library of Congress di Amerika yang telah
mengimplementasikan sistem tampilan dokumen elektronik (electronic document
imaging systems) untuk kepentingan penelitian dan operasional
perpustakaan.Dari sudut pandang pengguna, komputer bukanlah bagian dari
fasilitas manajemen perpustakaan melainkan hanya pelayanan untuk digunakan staf
perpustakaan.
Pada
awal 1990-an hampir seluruh fungsi perpustakaan ditunjang dengan otomasi dalam
jumlah dan cara tertentu. Fungsi-fungsi tersebut antara lain pembuatan katalog,
sirkulasi, peminjaman antar perpustakaan, pengelolaan jurnal, penambahan
koleksi, kontrol keuangan, manajemen koleksi yang sudah ada, dan data pengguna.
Dalam periode ini komunikasi data secara elektronik dari satu perpustakaan ke
perpustakaan lainnya semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1994, Library
of Congress mengeluarkan rancangan National Digital Library dengan
menggunakan tampilan dokumen elektronik, penyimpanan dan penelusuran teks
secara elektronik, dan teknologi lainnya terhadap koleksi cetak dan non-cetak
tertentu. Selanjutnya pada
September 1995, enam universitas di Amerika diberi dana untuk melakukan proyek
penelitian perpustakaan digital. Penelitian yang didanai NSF/ARPA/NASA ini
melibatkan peneliti dari berbagai bidang, organisasi penerbit dan percetakan,
perpustakaan-perpustakaan, dan pemerintah Amerika sendiri. Proyek ini cukup berhasil dan menjadi
dasar penelitian perpustakaan digital di dunia.
- Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Perpustakaan
Perpustakaan
sebagai salah satu penyedia informasi yang sangat penting kedudukannya dalam
dunia informasi dan pendidikan harus dapat menjawab tantangan di era informasi
ini. Tantangan tersebut adalah
bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat, tepat, dan global.
Untuk
menjawab tantangan tersebut, perpustakaan pun melakukan perubahan-perubahan.
Perubahan pertama yang dilakukan adalah mekanisasi. Mekanisasi pertama
dilakukan dalam sistem administrasi khususnya katalog. Namun katalog ini
bukanlah katalog yang kita kenal sebagai OPAC (Online Public Access
Catalogue). Katalog ini hanya berupa daftar koleksi dan sumber perpustakaan
tanpa terhubung dengan catatan peminjaman atau sumber eksternal.
Perubahan
selanjutnya adalah mengintegrasikan fungsi komputer lebih jauh. Komputer selain
berfungsi sebagai katalog elektronik, juga berfungsi untuk menampilkan
perkembangan aktivitas peminjaman sehingga pustakawan dapat mengamati aktivitas
peminjam secara detail guna memenuhi kebutuhan pengguna.
Kemudian
perpustakaan mengadopsi otomasi yang merupakan buah dari pesatnya perkembangan
teknologi komputer dan network pada masa 1980-an hingga 1990-an. Selain
otomasi perpustakaan internal, teknologi komputer juga digunakan untuk
komunikasi antar perpustakaan secara terbatas karena faktor biaya.
Perkembangan
selanjutnya adalah penggunaan Electronic Data Interchange (EDI). EDI
adalah pertukaran informasi bisnis antar komputer yang menggunakan format
standar tertentu. Penggunaan EDI pada perpustakaan sama banyaknya dengan
penggunaan EDI dalam dunia bisnis. EDI memungkinkan untuk berbagi data secara
lebih luas dalam bentuk peminjaman antar perpustakaan, surat elektronik,
pemesanan pinjaman secara elektronik, dan penyajian dokumen secara elektronik.
Tidak
ada satu perpustakaan pun yang menyimpan seluruh informasi/terbitan, tapi
pustakawan tetap harus berperan dalam menyediakan akses demi mendapat informasi
yang lengkap. Salah satu caranya adalah dengan peminjaman antar perpustakaan.
Dan sekarang ini lebih banyak perpustakaan yang melakukan kerjasama melalui
jalur elektronik untuk mendapat keuntungan bersama. Konsep perpustakaan pun
berubah dari user oriented menjadi user satisfaction oriented,
kecenderungan untuk memberikan kepuasan pengguna lebih diutamakan.
- Motif-motif yang Mendasari Pengembangan Perpustakaan Digital
- Pada perpustakaan konvensional, akses terhadap dokumen terbatas pada kedekatan fisik. Pengguna harus datang untuk mendapat dokumen yang diinginkan, atau melalui jasa pos. Untuk mengatasi keterbatasan ini perpustakaan digital diharap mampu untuk menyediakan akses cepat terhadap katalog dan bibliografi serta isi buku, jurnal, dan koleksi perpustakan lainnya secara lengkap.
- Melalui komponen manajemen database, penyimpanan teks, sistem telusur, dan tampilan dokumen elektronik, sistem perpustakaan digital diharap mampu mencari database koleksi yang mengandung karakter tertentu, baik sebagai kata maupun sebagai bagian kata. Di perpustakaan konvensional penelusuran seperti ini tidak mungkin dilakukan.
- Untuk menyederhanakan perawatan dan kontrol harian atas koleksi perpustakaan.
- Untuk mengurangi bahkan menghilangkan tugas-tugas staf tertentu, misalnya menaruh terbitan baru di rak, mengembalikan buku yang selesai dipinjam ke rak, dan lain-lain.
- Untuk mengurangi penggunaan ruangan yang semakin terbatas dan mahal.
Definisi
perpustakaan digital
Ada
banyak definisi perpustakaan digital berdasarkan pendapat para ahli atau
beberapa lembaga. Di atas telah dicantumkan salah satunya yaitu, definisi yang
dibuat oleh Digital Library Federation. Berikut beberapa definisi yang
dirumuskan oleh lembaga/orang lain.
The
Digital Library Initiatives menggambarkan perpustakaan digital sebagai lingkungan yang bersama-sama
memberi koleksi, pelayanan, dan manusia untuk menunjang kreasi, diseminasi,
penggunaan, dan pelestarian data, informasi, dan pengetahuan.
William
Saffady mendefinisikan perpustakaan digital secara luas sebagai koleksi
informasi yang dapat diproses melalui komputer atau repositori untuk
informasi-informasi semacam itu.
John
Millard mendefinisikannya sebagai perpustakaan yang berbeda dari sistem
penelusuran informasi karena memiliki lebih banyak jenis media, menyediakan
pelayanan dan fungsi tambahan, termasuk tahap lain dalam siklus informasi, dari
pembuatan hingga penggunaan. Perpustakaan digital bisa dianggap sebagai
institusi informasi dalam bentuk baru atau sebagai perluasan dari pelayanan
perpustakaan yang sudah ada.
T.B.
Rajashekar mendefinisikannya sebagai koleksi informasi yang dikelola, yang
memiliki pelayanan terkait, yang informasinya disimpan dalam format digital dan
dapat diakses melalui jaringan.
James
Billington, pustakawan Library of Congress, dalam Rogers (1994),
melukiskan perpustakaan digital sebagai sebuah koalisi dari institusi-institusi
yang mengumpulkan koleksi-koleksinya yang khas secara elektronik.
Drobnik
dan Monch (dalam Nugroho, 2000) mendefinisikan perpustakaan digital sebagai
sekumpulan dokumen elektronik yang diorganisasikan agar mudah ditemukan ulang
dan dibaca.
Association
of Research Libraries
(ARL), 1995, mendefinisikan perpustakaan digital sebagai berikut:
- Perpustakaan digital bukanlah kesatuan tunggal.
- Perpustakaan digital memerlukan teknologi untuk dapat menghubungkan ke berbagai sumberdaya.
- Hubungan antara berbagai perpustakaan digital dan layanan informasi bagi pemakai bersifat transparan.
- Akses universal terhadap perpustakaan digital dan layanan informasi merupakan suatu tujuan.
- Koleksi-koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada wakil dokumen; koleksi meluas sampai artefak digital yang tidak dapat diwakili atau didistribusikan dalam format tercetak.
Komariah
Kartasasmita mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang
memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung pemakai yang
membutuhkan obyek informasi tersebut melalui perangkat digital atau elektronik.
Romi
Satria Wahono mendefinisikan perpustakaan digital sebagai suatu perpustakaan
yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk file
elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik
melalui jaringan komputer. Menurutnya, istilah perpustakaan digital memiliki
pengertian yang sama dengan perpustakaan elektronik (electronic library)
dan perpustakaan maya (virtual library)
Sedangkan
Perez dan Enrech berpendapat bahwa definisi yang tepat dari perpustakaan maya (virtual
library) diadaptasi dari visi sebagai berikut: akses jarak jauh dari titik
manapun di dunia ini menuju isi perpustakaan dan segala jenis informasi, dengan
menggunakan komputer.
Dari
definisi-definisi di atas dapat diambil sintesa bahwa perpustakaan digital
adalah organisasi atau lingkungan yang mengelola koleksi informasi berupa
tulisan, gambar, dan suara dalam bentuk elektronik dan memberikan pelayanan
kepada pengguna melalui jaringan internet.
Tujuan Perpustakaan Digital
Sebagaimana
yang diharapkan pada gagasan awal, perpustakaan digital bertujuan untuk membuka
akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Tujuan
perpustakaan digital menurut Association of Research Libraries (ARL),
1995, adalah sebagai berikut:
- Untuk melancarkan pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital.
- Untuk mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor.
- Untuk mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi.
- Untuk memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan lingkungan pendidikan.
- Untuk mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting.
- Untuk memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat.
Peran Perpustakaan Digital
Ismail
Fahmi menjelaskan bahwa perpustakaan digital berperan sebagai penyedia
informasi, penyedia layanan informasi, atau pengguna informasi dengan
memanfaatkan jaringan dan teknologi digital. Namun bagaimana koleksi digital itu dimanfaatkan,
sangat tergantung dari bagaimana informasi tersebut dibuat, diorganisasikan,
dan disajikan.
Selain
itu perpustakaan digital bukan hanya berkenaan dengan manajemen pengetahuan (knowledge
management) dan informasi. Arlinah Raharjo menjelaskan bahwa perpustakaan
sebagai salah satu sumber informasi mulai diharapkan untuk menjalankan
peranan yang lebih sebagai pendamping dalam proses pendidikan seumur hidup.
Tantangan bagi pustakawan adalah untuk memahami dan menentukan posisinya dalam
proses perubahan dan beralih dari pemikiran perpustakaan sebagai ruang fisik
semata ke suatu kenyataan baru perpustakaan sebagai organisasi yang harus
mengembangkan jenis layanan informasi digital.
Masalah dan Isu-Isu mengenai Perpustakaan Digital
Pengembangan
perpustakaan digital bukan tidak mengalami hambatan. Ada beberapa hal yang menjadi bahan perhatian,
yaitu:
- Kemampuan dan penentuan biaya. Seperti halnya dengan inovasi lain yang membutuhkan suatu investasi, begitu pun perpustakaan digital. Apalagi infrastruktur komputer masih membutuhkan biaya yang besar.
- Masalah hak cipta yang terbagi dua: hak cipta pada dokumen yang didigitalkan dan hak cipta pada dokumen di communication network. Di dalam hukum hak cipta masalah transfer dokumen lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan jelas.
- Masalah mendigitalkan dokumen. Yaitu bagaimana mendigitalkan dokumen dan jenis penyimpanan digital dokumen, baik berupa full text maupun page image.
- Masalah penarikan biaya. Hal ini menjadi masalah terutama untuk perpustakaan digital swasta yang menarik biaya atas setiap dokumen yang diakses. Penelitian di bidang ini banyak mengarah ke pembuatan sistem deteksi pengaksesan dokumen atau pun upaya mewujudkan electronic money.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar