Suatu hari, seorang pemuda (bayangkan saja pemuda
itu berasal dari Mabar) datang kepada Socrates. "Saya mau belajar pidato
pada Socrates", ujar pemuda itu.
"Silakan!" kata Socrates. Dengan penuh
semangat, anak muda itu mulai berpidato. Berdiri tegak, mulut komat kamit,
tangan nunjuk sana nunjuk sini. Sesekali mengeluarkan kata – kata tak beraturan.
Sesekali Socrates memberikan arahan kepada si
pemuda. Tapi si pemuda kocak itu, malahan menyindir Socrates dalam latihan pidatonya
itu: "Jangan mengajarkan burung terbang. Jangan pula mengajarkan ikan
berenang".
Tidak sabar, Socrates berdiri dari tempat
duduknya, dan langsung menutup mulut pemuda itu dengan tangannya. Kata
Socrates: "Hai, anak muda. Engkau harus membayar saya dua kali lipat"
"Dua kali lipat? Enak benar kau ini e Bapa
Tua Socrates! Boleh tahu, mengapa saya harus bayar kau dua kali lipat",
kata si pemuda keheranan.
Dengan tenang Socrates menjawab:
"Alasannya, karena saya harus mengajarimu
dua ilmu sekaligus, yaitu: Pertama, ilmu menahan lidah. Kedua, ilmu untuk
menggunakan lidah dengan benar".
*****
Kata – kata bagai anak panah yang tajam. Sekali diucapkan,
sulit ditarik kembali. Maka jangan sembarang melontarkan kata – kata. Apalagi kalau
kata – kata itu
patut diperkirakan bisa melukai lawan bicara kita.
Salah bicara, tidak bisa menguasai lidah, kita bisa terpeleset, bahkan hidup kita bisa berantakan. Selamat sore kawan – kawan semua.
Kraeng Edi Danggur
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar