Saya selalu diberkahi
tuhan karena setiap kali
ke desa terpencil bertemu dengan orang - orang hebat dalam
banyak bidang. Semalam kami bertemu dalam status sama, sama – sama anak wina dalam satu acara kelas.
Seorang
Bapak yang dipanggil Kala Maring oleh teman – teman duduk dan tentu saja saya tertarik mengapa
namanya begitu?, Ternyata itu paci cacinya. Maka
saya pun mengumpan si Kala Maring ini yang dari tadi hanya duduk diam seperti
orang bisu.
Ehhh, waktu
disinggung hobinya KM sangat bersemangat. Saya
mengumpan dia dengan memperkenalkan si jago caci lainnya dari Rahong: siapa
lagi kalau bukan si Mberong Adong! Saya bilang kalau si Mberong Adong turun
caci, muntung taungs lewing data tua ende, temo lelo hia.
KM
terpancing dan menguraikan pacinya dalam versi panjang:
-
Oaaaah
Kala Maring, reba Maki
-
Oaaaaah
Maring Sala, reba Nggalak
-
Oaaaah
Maring Lako, Reba Kajong
-
Oaaah
Maring Kole, PAROKI Loce
Hmmmm sedap
amat paci de ata tu’a ho’o. Lalu, untuk menyaingi si Mberong Adong,
dia bercerita:
Nana, saya
tidak diperkenankan caci pada pagi hari, paka poli hang leso!
Kenapa, saya
bilang.
Karena, kata
KM, eme toe di hang leso, semua orang akan menderita tidak ada makanan, karena
temo lelo akus ise ende ata teneng, muntung taung hang.
Hahahahahahaha,
wooooooowwwww, I like this Kala Maring.
Yang sangat
lucu adalah suatu saat dia agak mabuk dan menyebut bait terakhir pacinya dengan
salah ucap yang MENGERIKAN:
-
Oaaaah
Kala Maring, reba Maki
-
Oaaaaah
Maring Sala, reba Nggalak
-
Oaaaah
Maring Lako, Reba Kajong
-
Maring
Kole, PUK* Loce!!!!!
Hahahaha,
dan di ulang - ulanginya sampai ada yang masuk dan saok di telinganya bahwa paci itu
kok ngo one tida daat inewai.
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar