Sangat
sulit mencari kebenaran hakiki di dalam anekdot itu. Anekdot ini berasal dari
zaman Romawi Kuno. Katanya, orang yang punya kebiasaan atau punya hobi
menunggang kuda, rata-rata punya bakat jadi pemimpin yang sukses di masa depan.
Apa
hubungan antara hobi menunggang kuda dan bakat jadi pemimpin sukses?
Orang
yang punya hobi menunggang kuda, pasti tidak pernah melepaskan diri dari
pelana. Pelana itu bagian essensial dari hobi dan kebiasaan menunggang kuda.
Penunggang kuda punya perhatian yang sama untuk merawat kuda dan sekaligus
merawat pelananya.
Penempatan
pelana di punggung kuda, itu satu keahlian tersendiri juga bagi si penunggang
kuda. Tidak akan ada penunggang kuda yang salah menempatkan pelana di punggung
kuda. Tidak mungkin pula si penunggang kuda menempatkan pelana itu di punggung
sapi.
Itu
sebabnya di Romawi Kuno dulu, para filsuf mengembangkan sebuah pepatah:
"Bovi noli imponere stratum" (tidak ada penunggang kuda yang
menempatkan pelana pada punggung sapi).
Artinya:
seorang
pemimpin yang hebat pasti akan memilih pembantu – pembantunya atau bawahan –
bawahannya yang sesuai dengan kompetensinya. Seorang bupati terpilih pasti akan
memilih kadis – kadis yang kompeten pada tiap-tiap dinas atau SKPD yang ada.
Sebab,
kalau ternyata bupati terpilih memilih kadis yang tidak kompeten atau tidak
punya kompetensi untuk dinas yang akan dipimpinnya, maka itu sama artinya si
bupati terpilih menempatkan pelana kuda pada punggung sapi. Dalam bahasa ilmu
manajemen, tempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat (the right man on
the right place).
"Bovi
noli imponere stratum!" Itu kuncinya
********
Catatan refleksi untuk pasangan Kada setelah pelantikan Bupati Mabar
dan Manggarai pada tanggal 17 Februari 2016 kemarin juga masa kepemimpinan lima
tahun kedepan.
Catatan Kraeng Edi Danggur
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar