Malam ini kembali lagi saya dengan kawan yang selalu setia menampung
dan menemani disamping saat – saat saya posisi sulit, terbuang dan terusir dari
rumah – rumah keluarga, ia kawan lamuis duduk nongkrong depan poliklinik salah
satu universitas negeri dijogja bekas tempat kuliah beberapa tahun yang lalu,
tadi sebelum saya beranjak dari kos dengannya, terlebih dahulu membujuknya
untuk datang kekampus ini menemani saya, tapi baginya tidak ada lagi yang
manarik dikampus untuk didatangi malam ini “buat apa ke kampus? Ngapain ke
kampus? Kampus apakah?” Pertanyaan nyeleneh bersamaan tersirat senyum
simpul dibagian wajah kawan lamuis yang dilontarkannya padaku “kampus UIN
SUKA” jawab saya “Universitas Iblis Negeri itukah hahaha” pelesetnya
sembari mengelus – elus rambut panjang karitingnya, “kamu menghina ya Is perbincangan ini saya tulis loh dalam
materi malam nanti hahaha, dan mungkin akan dibaca oleh orang kampus, kalau
mereka bacakan mampus kamu tidak bisa mengurus surat perpindahanmu nanti,
karena kamu telah dianggap menghina kampus dan pihak birokrasi, walaupun
sebenarnya terbalik” candaku bernada gertak mencoba menakut – nakutinya “ah
kou punya gaya ni jhon sambarang saja silahkan tulis saya tidak takut hahaha”
ternyata kawanku ini tak gentar mungkin dia sangat kecewa saat ini saya belum
bisa menebak gejolak perasaan terkandung pembicaraannya barusan entah dari hati
atau hanya sekadar bualan belaka tak dapat kutebak, sejak lama saya menyadari
betapa dia sangat jengkel dan kecewa dengan pihak birokrasi fakultas tempat ia
kuliah lantaran dia dipersulit mengurus adminstrasi surat perpindahannya “jhon
saya sudah menghadap kajur katanya menghadap pudek tiga untuk menyelesaikan
problem kampus saya, setelah saya menghadap pudek disuruh minta formulir surat
perpindahan, namun pegawai administrasi yang menangani formulir saya menyuruh
untuk mengunduhnya melalui online diwebsite fakultasnya, ketika saya mengakses
alamat website dari kampus untuk mengunduh formulir yang diminta pudek tiga
ternyata harus menggunakan nomor induk mahasiswa dan password sedangkan nomor
induk dan password login saya telah diblokir dan di non aktifkan oleh pihak
administrasi kampus terkait” tuturnya tadi sore depan kamar saat menegukkan
kopi – kopi yang baru beberapa menit yang lalu telah dipesan dari warung depan,
kemalasan datang untuk menyambangi kampus putih yang kami sebut dimasa – masa
kuliah ini sangat jelas saya lihat dari kawan saya ini, seperti orang terauma
dari ledakan bom terror disebuah kota begitulah yang dirasakannya trauma untuk
datang kekampus yang pernah didatanginya beberapa tahun yang lalu untuk
menyelesaikan tugas – tugas akademik kampus, “sudahlah jhon jangan bicarakan
lagi kampus yang tidak berfihak pada kita, ngapain kampus itu tidak menghargai
orang – orang seperti kita ini, bagi kampus peraturan adalah sesuatu yang harus
ditaati jika ingin mendapat pengakuan kelulusan secara akademik, orang – orang
seperti kita ini sampah bagi kampus, kamu kalau diangap sampah apa kamu
memiliki ketertarikan untuk membincangkan orang yang telah menghina kamu?
Bagiku menambah perih dihati, syukur – syukur kita ini dianggap sampah organic
masih bisa didaur ulang, inikan kita dianggap tidak berguna selamanya, itu
terbukti setelah jangka batas akhir jatah aktualisasimu dikampus maka kamu di
dropout, tidak ada waktu untuk memikirkan orang atau problem yang menghambat
perkembangan saya dan kamu” cetusnya malam ini, “oke Is sepakat!! kita
harus menentukan sikap sesegra mungkin untuk diri saya dan kamu” tandasku
membalasnya.
Tadi ketika berjalan kaki sepanjang jalan dari kos hingga ketempat
kami duduk malam tadi, mataku merasakan melihat situasi baru sekitar kampus
itu, walaupun tak tampak perubahan yang drastis jauh berbeda, mungkin saja
karena melihat wajah – wajah baru mahasiswa – mahasiswi, kalau mahasiswa biasa
saja karena tidak menjadi focus perhatian saya, namun mahasiswi cantik – cantik
yang tidak saya kenal ini membuat saya berdecak kagum dengan mereka yang lewat,
yang duduk sambil menekan – nekan laptopnya, yang sedang diskusi dengan
komonitas belajar kampus, dan yang sedang ambil uang di anjungan tunai mandiri
samping kanan depan poliklinik itu, “eih perempuan – perempuan uin ni
semakin kesini semakin cantik ee is” ucapku padanya yang sedang tadi
menatap jauh disudut jejer parkiran motor yang ramai mahasiswi cantik – cantik
yang sedang centil - centilnya malam tadi, “ah kou tu! semua perempuan kou
anggap cantik, manislah” “eeeh bukan begitu tapi benar is cantik mereka
coba kou lihat hahaha” tandasku berusaha menyamakan persepsiku dengannya, “ah
tidak biasa saja moh” dalam hatiku seleramu tinggi kawan hahaha, malam ini
pembicaraan kami diatas lantai ditengah – tengah kemurumanan perkumpulan
mahasiswa, depan pos satpam dibawah pohon asam rindang itu bergulir dengan
saling lontar canda mengundang ngakak sesekali suara kecil dan kadang besar
jika ada lelucon yang sangat berarti sembari menoleh kiri kanan memperhatikan
aktifitas mahasiswa yang asing bagi saya dan kawan muis jika mengingat – ngingat
masa kami dulu, “iklimnya udah beda jhon” “ia eh” jawabku, “kita
ko’ berasa bahagia sekali ya is padahal kita melakukan hal kesenangan
sederhana, apa syarat bahagia kita sangat sepele dan sederhana ya?” tanyaku
padanya, “itulah jhon terkadang sesuatu yang mahal dan sulit didapatkan itu
tidak bisa mendatangkan kebahagiaan tapi kita hanya melihat mahasiswa uin dan
melihat kampus sambil membaca sesuatu dari kampus yang tidak jelas hasil akhir
pembacaanya bisa mendatangkan kebahagiaan”, malam ini saya mengutip
perasaan yang saya rasakan “kebahagiaan diresapi, dihayati, dimaknai,
diselami, dibandingkan, keindahan sederhana yang menurut kebanyakan orang biasa
biasa dan monoton dilingkungannya bahkan tidak menyita perhatian, sesuatu yang
berbeda dengan pengalaman pribadi tertentu setiap individu, hal sepele
diperkotaan, dilingkungan tertentu, hal unik, syarat dengan sudut pandang dari
setiap individu letaknya diotak dan hati”.
At.22,39 Sapen 7 Februari 2016
Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar