Tahun 1997, pemilu sudah dekat,
sementara orde baru, rezim militer terkuat sedunia semakin kokoh menggenggam
kekuasaan negara. Ada perasaan ngeri terutama paska peristiwa kuda tuli 1996,
semua organisasi yang kritis dibersihkan, yang kritis dipaksa mengaku ikut PRD
dan ditangkap. Banyak yang tiarap, tapi tidak untuk Yogyakarta dan jaringan
perlawanan mahasiswa di kota lainnya. Justru tahun 1997 frekuensi aksi semakin
membesar, 67 kali di jogja dan 19 di jakarta. di
yogya, aksi ini dilakukan oleh Persatuan Perjuangan Pemuda Yogyakarta (PPPY)
Dan jaringan PRD (karena mereka masih diburu mereka menggunakan organisasi
mantel). Isu politik nasional yang diangkat waktu itu adalah Penolakan
mahasiswa pada PEMILU 1997.
Tahun 1997. Isu nasional paling
sensitif yang digelorakan kawan mahasiswa terutama dari PPPY dan mantel PRD
adalah tentang paket 5 UU politik, dwi fungsi ABRI, UU subversi dan Turunkan
soeharto. Di purwokerto januari 1997 mahasiswa yang nantinya tergabung di FAMPR
(pak kelik, aktivis DRMS solo yang pernah cerita pada saya di Cilacap menyebut
FAMPIR). Kawan mahasiswa puwokerto menyebar stiker bertuliskan
"bila upah buruh rendah, penggusuran masih ada, paket 5
UU politik belum dicabut, jangan lupa GOLPUT "
Dan ternyata stiker ini beredar
juga di Yogya.
21 mei 1997, PPPY yang berbasis
di Yogya bersama jaringan mahasiswa di 11 kota lain, ada yang dari surabaya,
malang, bandung, jakarta bersama menggulirkan isu GEMA GOLPUT. di yogya simpul –
simpul gerakan golput dibuat bergiliran di IAIN, atmajaya, janabhadra, APMD,
isu yang diangkat adalah:
-
UU Anti subversi
-
Paket 5 UU politik
-
Dwi fungsi ABRI
-
Berantas korupsi, kolusi, nepotisme
Dari dulu sampai hari ini kawan –
kawan masih sepakat "Tugas pergerakan adalah menjaga api lilin gerakan
agar tetap berkelip menyala dan sewaktu – waktu akan membesar ketika ada
momentum"
Untuk menutup tulisan ini, ada
puisi dari bung wiji thukul yang menurutku masih relevan untuk dibacakan di
konteks politik nasional sekarang, meski sudah tidak ada lagi paket 5 UU
politik atau Dwi fungsi ABRI
" seumpama bunga
kami adalah bunga yang tidak kau kehendaki tumbuh
kau lebih suka membangun rumah dan merampas tanah
seumpama
bunga
kami adalah bunga yang tidak kau kehendaki adanya
kau lebih suka membangun jalan dan pagar besi...
kami adalah bunga yang tidak kau kehendaki adanya
kau lebih suka membangun jalan dan pagar besi...
Seumpama
bunga...
kami adalah bunga yang dirontokkan di bumi kami sendiri...
kami adalah bunga yang dirontokkan di bumi kami sendiri...
jika
kami bunga...
kau adalah tembok itu
tapi di tubuh tembok itu tlah kami sebar biji-biji
satu saat akan tumbuh bersama
dengan keyakinan
kau adalah tembok itu
tapi di tubuh tembok itu tlah kami sebar biji-biji
satu saat akan tumbuh bersama
dengan keyakinan
kau harus hancur..
dalam
keyakinan kami
dimanapun, tirani harus tumbang.....
dimanapun, tirani harus tumbang.....
Bung IHAMI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar